Zakat...
Definisi Zakat
Menurut bahasa, zakat bererti pengembangan dan kesucian. Tanpa disedari, harta akan berkembang melalui zakat. Erti lain bagi zakat, mensucikan pelakunya dari dosa. Disebut zakat dalam syari’at kerana adanya pengertian etimologis, iaitu kerana zakat dapat membersihkan pelakunya dari dosa dan menunjukkan kebenaran imannya. Adapun caranya ialah dengan memberikan bahagian harta yang telah mencapai nisab tahunan kepada fakir miskin dan lainnya yang berhak untuk menerimanya. Zakat ini merupakan pelaksanaan rukun Islam yang ketiga.
Ibnu ‘Arabi mengatakan: “Zakat diertikan sebagai sedekah wajib dan sedekah sunnah atau nafkah, hak dan maaf.”
Syarat orang yang mengeluarkan zakat ialah berakal, baligh dan merdeka. Di dalam ketentuan syari’at, zakat merupakan amalan yang pasti. Perbezaan pendapat hanya terjadi pada beberapa dari furu’nya saja. Sedangkan hukum wajibya sudah jelas dan orang yang mengingkarinya adalah kafir.
Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu kewajiban dan rukun Islam. Syari’at hanya mewajibkan zakat pada harta-harta tertentu saja dan telah menerangkannya secara terperinci kepada ummat manusia. Misalnya firman Allah SWT.
“Ambillah zakat dari sebahagian harta mereka.” (At-Taubah: 103)
Juga firman-Nya: “Tunaikanlah zakat.” (Al-Baqarah: 43)
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebahagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebahagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu…” (Al-Baqarah: 267)
Nabi SAW. bersabda: “Islam itu didirikan atas lima (asas): Bersaksi, sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan solat, membayar zakat,berhaji ke Baitullah, dan puasa di bulan Ramadhan.” (Muttafaq ‘Alaih)
Hukum Orang yang Enggan Mengeluarkan Zakat
Orang muslim yang enggan mengeluarkan zakat kerana tidak mengakui kewajiban tersebut, maka ia telah berlaku kafir. Sedangkan orang muslim yang enggan mengeluarkan zakatnya karena bakhil, dengan tetap mengakui hukum kewajibannya maka ia berdosa. Dalam hal ini boleh dilakukan pemaksaan terhadapnya dengan memberikan hukuman ta’zir.
Imam Malik mengatakan: ‘’Menurut kami, setiap orang yang menentang salah satu dari kewajiban yang telah ditentukan Allah, kemudian ia tidak mampu menghadapinya, maka ia harus berusaha keras untuk melawannya, sehingga ia dapat melawannya.’’
Diriwayatkan, bahwa Abu Bakar r.a. berkata: ‘’Seandainya mereka menghalangiku dari anak kambing, niscaya aku akan memerangi mereka kerana hal itu.’’ (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan An-Nasa’i)
Para sahabat juga sepakat untuk membunuh orang yang tidak mahu mengeluarkan zakat, yang merupakan salah satu hal terpenting dalam agama. Apabila ada orang yang mengingkari hukum wajib zakat, bererti ia telah keluar dari Islam. Dan jika dibunuh, ia mati dalam keadaan kafir, kecuali jika ia baru masuk Islam, karena mungkin ia masih belum banyak mengenal hukum-hukumnya. Sedangkan hal itu tidak menyebabkan ia keluar dari Islam (kafir).
Penguasa, dalam hal ini boleh mengambil bahagian zakat dari hartanya secara paksa dan memberi hukuman atasnya, dengan tidak melebihi jumlah yang seharusnya dibayarkan sebagai zakat.
Adapun menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, bahwa penguasa dibolehkan untuk mengambil bahagian zakat itu dan mengambil setengah dari harta yang dimiliki sebagai hukuman atasnya. Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari datuknya, dimana ia berkata: ‘’aku pernah mendengar Rasulullah SAW. Bersabda: ‘’Pada unta yang mencari makan sendiri, iaitu pada empat puluh ekor, maka zakatnya ialah bintu labun, dimana unta tersebut tidak boleh dipisahkan dari perhitungannya. Barang siapa memberikan zakat kerana mengharapkan ganjaran, maka ia akan mendapatkannya. Sedangkan bagi siapa yang enggan mengeluarkannya, maka sesungguhnya kami akan mengambilnya (bahagian zakat itu) dan setengah dari hartanya sebagai salah satu perintah keras dari Allah, yang tidak halal sedikit pun darinya (zakat tersebut) bagi keluarga Muhammad.’’ (HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i, Al-Hakim dan Baihaqi)
Imam Ahmad pernah ditanya tentang hadits ini dan beliau menjawab, bahwa hadits ini memiliki isnad shahih.
Allah SWT. berfirman: ‘’Dirikanlah solat dan tunaikanlah zakat.’’ (Al-Baqarah: 110)
Ibnu Abbas r.a. berkata: “Abu Sufyan pernah memberitahukan sesuatu kepadaku dengan menyebutkan hadis Nabi SAW, ertinya: ‘’Beliau memerintahkan kami mengerjakan solat, membayar zakat, bersilaturrahim, dan menjaga kesucian diri.’’(HR. Bukhari)
Dari Ibnu Abbas ia berkata bahwa Nabi pernah mengirim Mu’adz ke Yaman seraya berpesan: ‘’Ajaklah mereka bersaksi, bahawa tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya aku (Muhammad) adalah Rasul-Nya. Jika mereka mentaati hal itu, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka lima perintah solat pada setiap harinya. Jika mereka mentaati hal itu, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka untuk membayar zakat pada harta mereka yang diambil dari harta orang-orang kaya di antara mereka dan diserahkan kepada orang-orang miskin di antara mereka.’’ (HR. Bukhari dan An-Nasa’i)
Zakat merupakan bukti kebenaran iman yang diakui pelakunya. Sebab tindakan mengeluarkan harta secara tulus karena Allah SWT, tidak mungkin terjadi, kecuali jika ada kesungguhan imannya, demikian menurut Al-Sindi.
Dari Abu Ayyub, ia berkata ada seseorang yang bertanya kepada Nabi: ‘’Beritahukan kepadaku amal yang dapat memasukkan aku ke dalam syurga! Nabi menjawab: ‘’Harta. Harta.’’ Seterusnya baginda bersabda: ‘’Yang terpenting darimu adalah menyembah Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan solat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturrahim.’’ (HR: Bukhari)
Dari Abu Hurairah r.a, ia menceritakan: ‘’Ketika Rasulullah SAW wafat dan yang menjadi khalifah pengganti adalah Abu Bakar Siddiq, maka orang-orang dari kalangan bangsa arab banyak yang menjadi kafir. Lalu Umar bertanya kepada Abu Bakar: ‘’Bagaimana engkau memerangi orang-rang kafir tersebut, sedangkan Rasulullah SAW telah bersabda: ‘’Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan syahadat. Barang siapa telah mengucapkannya maka harta dan jiwanya akan terpelihara dari beliau (Rasulullah), kecuali haknya dan hisab atas mereka berada di tangan Allah. Abu Bakar pun berkata: ‘’Demi Allah aku akan memerangi orang yang memisahkan antara solat dan zakat, kerana zakat merupakan hak dari harta. Demi Allah seandainya mereka menghalangiku dari anak kambing yang dulu mereka tunaikan zakatnya kepada Rasulullah, niscaya akan aku perangi mereka kerana penolakan itu. Umar pun berkata: ‘’Demi Allah, hal itu tidak lain karena Allah telah membuka dada Abu Bakar untuk memeranginya dan aku tahu bahwa hal itu benar.’’ (HR. Bukhari)
Allah SWT. Berfirman: “Ambillah zakat dari sebahagian hartanya, yang dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (At-Taubah: 103)
Allah SWT. berfirman:“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada di dalam taman-taman (syurga) yang disekelilingnya terdapat mata air, seraya mengambil apa yang diberikan Allah kepada mereka. Sebenarnya mereka sebelum itu, di dunia, adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam dan di akhir malam mereka meminta ampunan kepada Allah. Pada harta-harta mereka terdapat hak untuk orang-orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian.(Adz-Dzariyat: 15-19)
Alah SWT telah menjadikan Ihsan sebagai sifat yang khusus diantara sifat-sifat kebaikan dan ihsan mereka itu tampak pada bangunnya di malam hari, lalu memohon ampunan pada akhir malam, sebagai ibadah sekaligus mendekatkan diri kepada Allah. Sebagaimana ihsan mereka itu juga tampak pada pemberian terhadap fakir miskin sebagai bentuk kasih sayang kepada mereka.
Allah SWT. juga berfirman: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki mahupun perempuan, sebahagian mereka adalah penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan ) yang ma’ruf, mencegah kemungkaran, mendirikan solat, menunaikan zakat serta mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (at-Taubah: 71)
Dengan kata lain, kelompok yang akan diberkati oleh Allah dan yang akan diberikan rahmat oleh-Nya adalah kelompok beriman dan yang saling menolong terhadap sesamanya. Menyuruh untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran, menjalin hubungan dengan-Nya melalui solat serta memperkuat hubungan dengan sesamanya melalui pemberian zakat.
Allah SWT. menjadikan penunaian zakat sebagai salah satu tujuan dari penempatan manusia di muka bumi.
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata bahwa Rasulullah SAW. Bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menerima sedekah dan mengambilnya dengan tangan kanan-Nya, lalu memeliharanya untuk seseorang dari kalian, seperti halnya sesorang di antara kalian memelihara anak kuda atau anak untanya. Sehingga yang sesuap pun akan menjadi sebesar gunung Uhud.” (HR. Bukhari)
Imam Al-Waki’ mengatakan, bahawa hal itu dibenarkan oleh Allah SWT. Melaui firman-Nya: “Tidakkah mereka mengetahui, bahwa Allah menerima taubat dari para hamba-Nya dan menerima zakat mereka.” (At-Taubah: 104)
Wallahu A3lam…
0 comments: